Thursday, April 14, 2011

IPOMS-APICS Fwd: Re: Buruh Kita di Perusahaan Jepang

 

Re: IPOMS-APICS Buruh Kita di Perusahaan Jepang

Dear All,
Â
Amat sangat menarik diskusi ini, dari keluhan exp. japan sampai keluhan tentang
expat. jepun, saya sependapat dengan pak conglie, kyknya memang belaiu ini dari
TMMIN, konsepnya jelas.
Saya mencoba sederhana, orang bekerja tujuan mencari hidup, perusahaan berdiri
mencari profit, ini adalah mutlak tidak perduli mau perusahaan asing, tukang
warung apapunlah bentuk usahanya. Yang namanya mencari hidup, maka cita-citanya
adalah punya rumah, kesejahteraan, pensiun, tunjangan kesehatan, dll.
Sementara kalo perusahaan mencari profit, citanya-citanya adalah high quality,
high productivity.
Sebagai karyawan, untuk memenuhi cita-citanya maka mereka hrs kerja keras,
sedang untuk perusahaan mereka hrs membuat system yang baik.
Hubungan antara keduanya simbiosis mutualisme, saling ketergantungan, saling
menghormati, cuman apa konsep itu berjalan, mungkin hanya sedikit perusahaan
yang menjalankan itu, sehingga kadang-kadang hal ini yg bisa menyebabkan
karyawan akan culas.
Kalo sekarang ada lagi karyawan expatriat dibayar mahal..itu wajar, krn kadang
mereka cuman dibutuhkan krn bahasa mereka, cuman untuk showforce ke customer,
walau mrk ga bisa apa-apa, tetapi banyak orang kita krn kemampuan nya diluar
negeri dihargai lebih tinggi dari org asing, krn keponakan owner...
ya itulah hidup... timggal bangaimana kita memandang...
always success for all of you...
Â
regads
Â
Â
mas_aik

======= yusman nugraha <ub3nk@yahoo.co.uk wrote:

From: yusman nugraha <ub3nk@yahoo.co.uk
Subject: Re: IPOMS-APICS Buruh Kita di Perusahaan Jepang

perubahan mental memang perlu waktu, tapi kalo bilang perlu waktu lama saya
sangat kurang setuju, semua orang hidup perlu aturan dan ada yang mengatur, saya
sangat setuju bahwa hirarki tanggung jawab adalah dari atas ke bawah.

for example:
orang indonesia dalam waktu yang singkat akan mengikuti peraturan yang ada suatu
bandara International di Luar negeri, dan saat kembali ke Indonesia dia kembali
lagi seperti semula..

Saya tidak butuh waktu berbulan bulan untuk ngerubah orang orang aneh di
perusahaan, prinsipnya buat aturan yang jelas dan beri contoh "Very Easy".

jadi kuncinya adalah buat aturan yang jelas dan beri contoh. dan menurut saya
anda2lah yang bertanggung jawab terhadap baik buruknya kinerja karyawanya.

salam

----- Original Message ----
From: Teguh Ramanal <tramanal@gmail. com
Subject: Re: IPOMS-APICS Buruh Kita di Perusahaan Jepang

Perubahan mental memang butuh waktu dan butuh konsistensi.
Oya, mengenai kaizen, memang baru terasa efeknya kalau dilakukan terus
menerus secara konsisten.

Sedikit catatan saya mengenai kaizen.
http://quantan.blogspot.com/2006/08/kaizen-dan-perubahan.html

conglie wrote:
butuh waktu bung untuk bisa membentuk basic mentality dalam bekerja...
Toyota Indonesia terus menerus melakukan kaizen untuk bisa membentuk
kondisi seperti sekarang..., tapi apa yang bung Jefry Yorris sampaikan
pun pernah dialami oleh toyota Indonesia sampai dengan pertengahan 90
an. Yang dialami oleh bung Rudy Winito pun masih dialami oleh Toyota
Indonesia hingga awal tahun 2000an..
Ynag disampaikan bung Drajat pun hingga kini masih ada di Toyota
Indonesia, walaupun sudah berkurang banyak...
dan terakhir yang disampaikan Kang Usep..sampai saat ini masih terjadi...
tapi dipikir pikir mungkin harus begitu, karena gaji mereka buat hidup
di Indonesia sangat berlebih, tapi kalau buat menabung pulang ke
Jepang jadinya pas pasan lagi(pas buat bayar apartemen, pas buat bayar
pajak, dan pas buat nyekolahin anak) dan tetap gak punya pikiran untuk
belih rumah...mahal oiiiii, terus kalo anaknya kuliah di Universitas
(Tokyo, Nagoya, Waseda, Tohoku, etc)...dipastikan mereka bakalan
ngutang seumur hidup....kasian dech...hehehehe

======Teguh Ramanal <tramanal@gmail. com wrote:

Alhamdulillah, kejadian di tempat saya jauh beda.
Memang perlu ada pendekatan khusus, tapi pada dasarnya bisa, nggak masalah.

Kalau kontrol operasional bagus, seperti laporan working timesheet
karyawan/mesin yang kemudian terhubung dengan aplikasi sistem produksi,
kemungkinan kecurangan bisa ditekan.
Dengan perangkat dan metode yang tepat, semua kemungkinan kecurangan
bisa ditekan sekecil mungkin.

Kalau sudah dapat titik temu antara produksi/produktivi tas dan
kenyamanan karyawan, maka tidak sulit untuk mewujudkannya.
Kalau memang positif untuk produktivitas karyawan, manajemen tidak punya
alasan menolak atau tidak memfasilitasinya. Makanya di tempat saya
bekerja mulai dari pengaturan jam masuk/pulang yang pas, jadwal
istirahat di awal masuk waktu sholat, sampai rekening gaji dipindahkan
ke bank syariah, diikuti saja oleh manajemen.

Jika good corporate governance sudah dijalankan, karyawan2 yang memang
pada dasarnya tidak punya niat baik dalam bekerja akan tersingkir dengan
sendirinya.

==
Jeffry Yoris wrote:

Dari milis sebelah:

__._,_.___
Recent Activity:
*************************************************************

Mohon bantuannya untuk mengisi survei daya saing Indonesia di

http://www.ips.or.kr/site/IPS/mail/survey/20110120/26.html

*****************************************************************

Indonesian Production and  Operations Management Society (IPOMS).

http://blog.ipoms.web.id/

Bergabunglah dengan IPOMS di Facebook

http://www.facebook.com/home.php?ref=home#/group.php?gid=34994473375


********************************************************************
.

__,_._,___

No comments: